Semester ganjil, gue sungguh buruk pada pelajaran penjas. Nilai gue bisa melewati 70 saja, sudah bersyukur banget. Tentu ada penyebab di balik ini semua, sepertinya gue tidak berbakat pada bidang penjas. Pada awalnya, mulai sepak bola, ujian menendang bola dengan berbagai teknik. Kelihatannya gampang, tapi pas gue coba, bolanya malah belok kemana-mana. Belum apa-apa bola sudah tak bersahabat, atau mungkin bolanya terlalu gaul sehingga suka belok kemana-mana.
Ujian kedua, bola basket, yang harus dilakukan adalah passing (mengoper) bola basket tersebut kepada teman. Hal itu akan menjadi mudah bila mendapat partner yang pandai menangkap bola. Tetapi keajaibannya, untuk ujian bola basket, gue ga remed. Tanpa semua itu, teori gue juga jelek.
JANGAN DILIHAT !!! jelek banget nilai gue . . .
Di saat semua temen-temen dapat nilai 90 sampai 100, gue cuma dapat 70.
Berharap kepada ujian semester, gue sungguh-sungguh baca buku pelajarannya, tapi dasar gue emang ga berbakat di penjas, hasil akhir di rapor pun tidak jauh-jauh dari angka 7. Is it lucky seven ? I don't think so..
Melupakan kenangan buruk di semester pertama, mencoba berusaha lebih baik lagi di semester genap. Baris seperti biasa, kemudian diabsen satu per satu. Lalu muncul diskusi kecil.
'Kalian sudah dapat modul penjas?'
'Sudah , pak'
'Ada yang sudah baca modul?'
*diam semua*
'Apa pelajaran pertama kita?'
'sepak bola' kata sedikit orang
'senam' kata sebagian orang
'Senam apa?'
'senam lantai' kata beberapa orang termasuk gue
Kebiasaan wajib, sebelum memulai kegiatan apapun, haruslah lari keliling lapangan terlebih dahulu. Setelah itu, kami diajak masuk aula. *Feeling buruk* Disuruh merentangkan tangan untuk mengatur jarak, kemudian senam biasa dengan hitungan 1,2,3,4,5,6,7,8. Beberapa gerakan kepala, tangan, kaki maupun tulang-tulang yang lain telah dilakukan. Sialnya, gue dikerjain sama ketua kelas sendiri. Gue rasa ketua kelas gue berbakat menipu. Mau tahu kenapa? Tepuk tangan dulu lah untuk bakat tersebut. *tepuk tangan pelan-pelan*
'Ayo baris 4 banjar !' kata guru kami
Gue bingung karena ga ada yang pada bergerak. Saat gue bergerak ke belakang, tiba-tiba muncul wajah ketua kelas, lengkap dengan kacamata limited editionnya ditambah jam tangan anti hujan.
'2 baris cewek, 2 baris cowok !' kata ketua kelas
Gue balik lagi ke depan, guru kami marah-marah menyuruh semua cewek baris di belakang. Dalam hati gue : KETUA KELAS SIALAN .. TUKANG TIPU !! HUH !
Kalau saja dia tidak lebih tinggi dari gue, maka dia lebih pendek. Sekarang semua murid duduk. Matras digelar di sepanjang lantai. *Feeling makin buruk* Suara di hati gue : jangan-jangan senam lantai..
'Harap untuk tidak bercanda dalam melakukan rolling, tahun kemarin ada murid yang lehernya jadi miring sebelah' kata guru
*Feeling sangat buruk + takut*
Guru mencontohkan sekali saja bagaimana cara melakukan rolling tersebut. Cara singkatnya adalah kepala ditundukkan sampai menyentuh matras, lalu kita berguling dan diakhiri dengan berdiri kembali, mengangkat tangan kanan, maka itu sah. Dilanjutkan dengan murid-murid cowok yang dengan sukses mempraktekkan seni lipat-melipat dan gulung tersebut.
Giliran juara kelas, dia ga berhasil. Gue agak lega, setidaknya kalau gue gagal, gue tidak sendirian. Benar saja, saat giliran gue, sudah berbekal keyakinan dan tekad, tubuh gue tidak berhasil menjadi gulungan, dengan pose kaki di kepala, kepala di kaki. Karena lama mencoba, tidak membuahkan hasil, gue menyerah. Akhirnya ada 1 orang lagi temen gue yang juga gagal.
Kami menunggu di pinggir matras. Di hati gue : bagaimanalah nasib kami ini..? Setelah semua murid mencoba dan berhasil, beberapa murid disuruh untuk memegangi matras. Inilah lipat-melipat dan gulung versi lanjutan, karena bagi yang cowok wajib rolling sebanyak 4 kali, dan cewek sebanyak 3 kali.
Waktu berlalu tidak lambat, selesai juga mereka semua melakukan rolling. Semua disuruh keluar kecuali kami bertiga. Ternyata kami diberi arahan khusus, diberi motivasi, intinya bagaimana pun caranya harus bisa rolling. Teman gue yang 1 orang tadi, berhasil. Selanjutnya gue, karena tidak mau gagal lagi, gue membayangkan kalau gue adalah bolu gulung. Dengan sedikit bantuan, gue juga berhasil. YEY !!! Gue senang banget, berharap andai saja diiringi lagu We are the champion, pasti akan lebih seperti film. Kami dinasehati untuk sering latihan di rumah. Gue mengiyakan, tetapi gue tahu bahwa ini adalah perjuangan lipat-melipat gulung badan, lama-lama gue bakal jadi bolu gulung.
No comments:
Post a Comment