Friday, December 30, 2011

Semakin Banyak Semakin Bosan

Semua orang punya uang.
Bagi beberapa orang , uang itu penting, berharga, berguna dan bermanfaat.
Memang itu semua benar-benar tidak salah.


Makan, minum, baju, sekolah, rumah, listrik, semuanya perlu uang.
Dengan begitu, gue menyimpulkan uang itu penting.


Tapi.. semenjak hari ini..
gue jadi mau muntah kalau lihat uang..UUEEEK!!! khususnya koin.
Kenapa?
Ini berawal dari suatu pagi yang mendung, saat semua orang di rumah lagi beres-beres rumah. Lebih tepatnya membersihkan dan merapikan barang-barang, karena sudah banyak banget debu halus maupun tebal menghuni sela-sela rumah gue. 


Gue memulai ritual ini dengan mengganti seprei tempat tidur gue, menaruhnya di mesin cuci, dan gue tutup. Tiba-tiba mama muncul membawa kardus. Bola mata gue mengikuti arah kemana dia pergi, kepala penuh tanda tanya, mulut mangap. Tentu bukan muncul seperti setan, tetapi maksudnya lewat tanpa gue sadari. Kardus yang dibawa mama penuh beragam kertas yang kelihatan sudah tua.


Sesaat setelah itu . . .


Mama berjalan dengan kaki, ada mangkuk di atas tangannya, gue penasaran. Bodohnya, gue lengket di atas kursi, tak beranjak dari tempat duduk gue, dan terdiam dalam rasa penasaran. 
SREEESS CRING CRING SRESS CRING..
Bunyi apa itu? Telinga gue menangkap suara-suara aneh tersebut, seperti suara mencuci sesuatu. Rasa penasaran gue yang tadi mulai muncul kembali, kemudian merajalela, sehingga gue memutuskan untuk mencuri lihat apa yang sedang terjadi.


Dapur adalah sumber suara...
Gue melihat mama berdiri di depan wastafel tempat mencuci piring, gue tidak tahu pasti apakah ini wastafel atau bukan, tapi gue percaya loe paham yang gue maksud.


Kesalahan fatal yang gue lakukan, gue menghampiri mama , dan...
"Nih , bawa ke sana . . . terus ambil kain lap, dilap sampai kering, lalu masukkin ke celengan, kalau yang Rp50 ga usah.. karena kayaknya uda ga laku" kata mama memberi instruksi sekilas.
"Kenapa ini dicuci , ma?" jawab gue dengan jawaban yang ga nyambung dengan perintah.
"Biar bersih , uda sana dilap.. " kata mama.


Gue angkat kaki menuju meja, menaruh mangkuk penuh berpuluh-puluh keping koin itu di atas meja. Selanjutnya, gue mengambil kain lap dan duduk di kursi. Gue menatap sejenak koin-koin itu, perkiraan gue jumlahnya puluhan, tapi sepertinya ratusan deh, karena campur-campur ada yang 100, 200, 500, dan 50 mulai dari yang paling kusam sampai pudar, karena ga ada yang berkilau.


Membayangkannya saja sudah membuat gue berpikir bahwa ini bakalan lama selesainya. Jadi, gue langsung memulai mengeringkannya satu per satu memakai kain lap dan langsung dimasukkan ke celengan.


"yang Rp.50 ga usah dimasukkin ke celengan, biarin aja dulu" seru mama tiba-tiba..
"iya, ma" sahut gue


Pertamanya seru, dan lama-kelamaan gue jadi merasa kenapa koinnya ga habis-habis sih, banyak banget. 


Sudah satu jam berlalu...
Masih 1/4 mangkuk yang koinnya uda gue keringkan dan dimasukkan ke celengan..


Tak terasa, ini sudah waktunya makan siang. Gue lapar tapi kehilangan selera makan, rasanya seperti baru saja memakan koin yang banyak itu ..


Gue lihat lauk di dapur..
Ternyata lauknya lumayan enak.., gue ambil piring, lalu mengambil nasi, ambil lauk, dan gue makan di kamar. Gue lumayan sering makan di kamar, karena bagi gue.. kamar gue tuh nyaman banget.


Setelah selesai makan, gue melanjutkan aktivitas mengelap koin tadi dan sudah 4 buah kain lap basah karena mengelap koin-koin yang banyak tersebut.


Pukul 3 sore.. (15.00 WIB)
Akhirnya, selesai juga aktivitas mengelap koin. Gue benar-benar bosan, bisa dibilang gue muak. Karena selama beberapa jam ini gue terus-terusan berhadapan dengan koin.


Beberapa menit setelah hembusan kebosanan gue reda, mama mencuci koin lagi. #feeling buruk
Feeling gue tepat, gue kembali disuruh mengelap koin. Oh my God, gue bosan melihat koin...


Nasib gue ga berakhir terlalu buruk..
Tiba-tiba nenek gue menawarkan bantuan mengelap koin season 2 itu..


Gue berterima kasih banget. Gue bebas dari kelanjutan aktivitas bosan menghitung koin..
YEY !!! gue bersorak riang + bosan dalam hati..

No comments:

Post a Comment