Yup, loe benar. Itu adalah judul buku karya Raditya Dika, kebetulan gue juga salah satu followers twitter-nya. Raditya Dika adalah seorang penulis terkenal dan juga seorang stand up comedian serta pecinta hal-hal absurd.
Kembali ke topik awal, Manusia Setengah Salmon. Begitu gue lihat buku itu akan terbit 24 Desember 2011, gue tertarik pengen beli. Tapi gaya listrik yang menarik gue belum cukup kuat untuk memindahkan gue dari rumah ke toko buku. Gue melamun menghayal bagaimana gue bisa beli itu buku.
Berbekal hp yang lagi buka twitter, gue buka profile image @radityadika yang saat itu adalah buku Manusia Setengah Salmon, seperti ini.
Gue menghampiri ortu, berharap ortu akan mengajak gue pergi ke toko buku.
'Ma, hari Minggu ke Gramidea* ya?' gue mulai nanya
'Mau ngapain?' mama balik bertanya
'Beli buku lah..' gue memberi jawaban yang tidak penting
'Buku apa?' mama memberi pertanyaan yang penting
'Buku ini ma' sambil nunjukin gambar buku Manusia Setengah Salmon di hp tadi
'Ma, hari Minggu ke Gramidea* ya?' gue mulai nanya
'Mau ngapain?' mama balik bertanya
'Beli buku lah..' gue memberi jawaban yang tidak penting
'Buku apa?' mama memberi pertanyaan yang penting
'Buku ini ma' sambil nunjukin gambar buku Manusia Setengah Salmon di hp tadi
Dengan menunjukkan gambar buku itu, gue berharap mama bakal jadi semangat untuk mengajak gue ke toko buku, tapi yang terjadi malah jauh beda dari yang gue bayangkan.
'Itu tadi buku apa?' kata mama
'Bukunya Raditya Dika lho ma. . ., mama ga tahu?' gue balik nanya
'Terkenal dia?' kata mama dengan wajah ragu
'Iya ma.. terkenal .. masuk TV, bukunya best seller lho, minggu ke gramedia ya ma ? nanti kalau ga cepat , buku dia habis ..' penjelasan singkat gue
berangkat dari rumah,nyampek ditoko buku langsung beli MSS.. trus makan siang YEEEYYY ga sabaran pengen baca bukunya.... :D |
Kali ini gue lebih teliti memperhatikan setiap judul dari buku-buku yang ada. Akhirnya gue menemukan wajah manusia setengah salmon, YEY ketemu !!! Setelah gue ambil satu buku dari tumpukan buku Manusia Setengah Salmon yang masih banyak stok-nya sekitar 30-an buku di sana, terdengar suara dari speaker toko buku.
'Para pengunjung dapat membeli buku Manusia Setengah Salmon, bila Anda kesulitan menemukannya, Anda bisa menemui pegawai kami'
Terlihat ada mbak-mbak yang menunggu di depan etalase buku itu dan terlihat seperti patung. Seperti monumen nasional di tengah toko buku. Suatu saat dia akan dikenal sebagai mbak-mbak penunggu buku manusia setengah salmon. Beruntungnya gue, karena saat gue lewat di kawasan yang ditunggu oleh mbak-mbak tersebut, dia tidak menyapa dengan sapaan kaget seperti : 'Anda mencari buku ini ? Pasti ada mencari buku ini ! Belilah buku ini !!' dengan adegan pemaksaan. Gue heran kenapa dia menunggu di sana tapi tidak berkata apa-apa saat ada orang yang lewat, dia tidak menawarkan buku, dan menunggu sebagai penunggu sejati di sana, gue curiga dia patung.
Bukunya gue ambil 1 lalu gue angkat menuju kasir, tapi seingat gue . . belum pernah gue punya adik angkat atau saudara angkat, kenapa sekarang gue mengangkat buku? yasudahlah~ Harga buku Manusia Setengah Salmon adalah Rp 42.000,- Gue sempat memotret barcode harganya.
Karena penasaran akan isi buku itu, tapi sudah siang, dan cacing perut gue sudah mangap-mangap seperti cover buku Manusia Setengah Salmon, maka gue mempercepat langka mencari tempat makan. Kalian tahu tidak gue makan di mana ? Gue makan di atas kursi, dengan makanan yang gue letakkan di atas meja. Tidak lama pendekatan yang gue lakukan terhadap makanan itu karena pada pandangan pertama, makanan itu langsung gue makan.
Setelah makan gue pulang, sudah tidak sabar untuk membedah manusia setengah salmon. Sebelum gue bedah, gue menjadikan buku ini sebagai model di berbagai sisi rumah gue, sehingga gue potret sedikit gaya mangapnya di berbagai habitat dan situasi.
Gaya mangapnya yang khas membuat gue merasa buku ini cukup kelaparan dan gue memberi makan sebuah koin padanya.
'Ayo kamu lapar? ini makan koin...'
'AAAAAAAAAAAAAAAA...' tetap mangap
'Ya sudah kalau tidak mau, kamu dibedah saja'
'AAAAAAAAAAAngaaaaannnnnn...'
Gue tidak ingin dia menjadi model tunggal, karena itu gue berfoto bareng dengannya.
Atas asas ketegaan dan karnivora, gue mengambil gunting dan membedah selaput plastik buku Manusia Setengah Salmon.
Setelah dia dibedah, gue mulai membuka buku tersebut dan baru halaman pertama ada beberapa foto model Manusia Setengah Salmon + bonus pembatas buku yang mangap.
Ada 19 bab di dalam buku Manusia Setengah Salmon. Raditya Dika membuka lembaran kisahnya dengan sebuah prakata yang menceritakan tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidupnya yang sungguh menunjukkan dengan jelas bahwa waktu cepat sekali berlalu.
Selanjutnya ada daftar isi, dan gue adalah orang yang tidak suka membaca secara berurutan bila ada novel sejenis ini, ya novel yang cerita didalamnya tidak bersambung yaitu semacam kumpulan cerpen yang dijilid menjadi novel.
Gue membaca seluruh judul-judulnya, 'Interview With The Hantus' adalah judul pertama yang menarik perhatian gue, langsung saja gue membuka halaman 135 dan mulai membacanya. Bab ini berisi percakapan wawancara Raditya Dika dengan 3 hantu yaitu genderuwo ngondek dengan rambut lurus berkilauan, pocong galau yang curhat, dan kuntilanak yang mau menjadi lebih gaul.
Ada bab-bab yang penuh lelucon lainnya selain 'Interview With The Hantus', yaitu :
'Akibat Bertanya ke Orang yang Salah Tentang Ujian'
'Hal-hal untuk Diingat Ketika Kencan Pertama'
'Hal-hal yang Tidak Seharusnya Dipikirkan tapi Entah Kenapa Kepikiran'
'Emo... Emo... Emo... Emotikon!'
Raditya Dika juga memperlihatkan sisi galau di dalam Manusia Setengah Salmon yang intinya adalah tentang perpindahan. Gue suka sama beberapa kutipan yang ada dalam buku ini, seperti :
Buku ini juga perlahan mengajak kita bangkit dari kesedihan, galau, sakit hati. Kita harus bisa pindah, seperti ikan salmon. Dengan demikian, kita belajar untuk menjadi Manusia Setengah Salmon.
Sekian proses pembedahan dan kebersamaan kita dalam membedah Manusia Setengah Salmon (MSS). Gue telat banget buat review ini, abisnya gue belum ada waktu untuk menulis review ini sampai selesai.. Ya, inilah akhirnya selesai juga..
Salaam dan cium dari Peri Mawar Putih...
Mumumuaacchhh :*
Ada 19 bab di dalam buku Manusia Setengah Salmon. Raditya Dika membuka lembaran kisahnya dengan sebuah prakata yang menceritakan tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidupnya yang sungguh menunjukkan dengan jelas bahwa waktu cepat sekali berlalu.
Selanjutnya ada daftar isi, dan gue adalah orang yang tidak suka membaca secara berurutan bila ada novel sejenis ini, ya novel yang cerita didalamnya tidak bersambung yaitu semacam kumpulan cerpen yang dijilid menjadi novel.
Gue membaca seluruh judul-judulnya, 'Interview With The Hantus' adalah judul pertama yang menarik perhatian gue, langsung saja gue membuka halaman 135 dan mulai membacanya. Bab ini berisi percakapan wawancara Raditya Dika dengan 3 hantu yaitu genderuwo ngondek dengan rambut lurus berkilauan, pocong galau yang curhat, dan kuntilanak yang mau menjadi lebih gaul.
Ada bab-bab yang penuh lelucon lainnya selain 'Interview With The Hantus', yaitu :
'Akibat Bertanya ke Orang yang Salah Tentang Ujian'
'Hal-hal untuk Diingat Ketika Kencan Pertama'
'Hal-hal yang Tidak Seharusnya Dipikirkan tapi Entah Kenapa Kepikiran'
'Emo... Emo... Emo... Emotikon!'
Raditya Dika juga memperlihatkan sisi galau di dalam Manusia Setengah Salmon yang intinya adalah tentang perpindahan. Gue suka sama beberapa kutipan yang ada dalam buku ini, seperti :
"Kamu kali kebanyakan mikir, Mama juga baru sadar pas kemaren cari rumah. Kalau dalam pikiran Mama mau dapetin yang rumah paling bagus, yang paling sempurna, pasti Mama gak bakalan beli rumah, Dika. Mama pasti nunggu terus. Tau gak, akhirnya Mama langsung ambil rumah yang menurut Mama paling cocok, tanpa mikirin hal-hal jelek dari rumah itu" (MSS, halaman 235)
"Kamu tidak selalu bisa mendapatkan apa yang kamu mau, tapi jika kamu mencoba, mungkin kamu bisa dapat apa yang kamu butuh" (MSS, halaman 161)
"Inilah sesungguhnya tujuan dari PDKT: agar kita bisa membedakan antara orang yang kita mau dan orang yang kita butuhkan." (MSS, halaman 161)
"WAKTU mungkin obat yang paling baik untuk semua luka. Setelah gue berdamai dengan masa lalu, gue baru bisa belajar untuk kembali punya hubungan." (MSS, halaman 244)
"Sesungguhnya, terlalu perhatiannya orangtua kita adalah gangguan terbaik yang pernah kita terima." (MSS, halaman 134)
"Hampir sama kayak pacaran, kadang kita juga lebih sering gak jujur karena gak enak. Padahal, justru karena tidak jujur itulah kita malah ngerasa gak enak. Ujung-ujungnya, hubungannya yang jadi gak enak." (MSS, halaman 62)Dan ada beberapa paragraf yang galau abis.. kayak gini .. gue kutip dari MSS halaman 36 dan 37
Putus cinta sejatinya adalah sebuah kepindahan. Bagaimana kita pindah dari satu hati, ke hati yang lain. Kadang kita rela untuk pindah, kadang kita dipaksa untuk pindah oleh orang yang kita sayang, kadang bahkan kita yang memaksa orang tersebut untuk pindah. Ujung-ujungnya sama: kita harus bisa maju, meninggalkan apa yang sudah menjadi ruang kosong.
Sama seperti memasukkan barang-barang ke kardus, gue juga harus memasukkan kenangan-kenangan gue dengan orang yang gue sayang ke semacam kardus kecil. Dan, sama ketika kita baru putus, kenangan yang timbul paling kuat adalah yang paling awal.
Lucu juga ya bagaimana putus cinta yang menyedihkan juga diawali oleh jatuh cinta yang menyenangkan. Ya, sudahlah. Bagaimanapun juga, kenangan-kenangan yang memaksa untuk diingat itu harus dipaksa masuk ke kotak.
Karena gue berdiri diam mengawang-awang di depan kardus, Nyokap kembali membuyarkan lamunan gue dengan bertanya, 'Kamu udah siap belum, Dik, buat pindah?'
Gue berhenti melamun, melanjutkan memasukkan beberapa buku ke kardus. Lalu, gue melihat Nyokap, mengangguk pelan. Kardus terakhir gue tutup dengan lakban, lalu gue angkat untuk bergabung dengan yang lainnya. Sambil berharap, tidak ada yang tertinggal.Ada juga pernyataan dalam dialog yang buat galau, kayak yang ini ..
Bokap melanjutkan, 'Udah, kamu cuci muka, mandi sana. Jangan kau sedih-sedihlah. Masih banyak ikan di laut. Ha ha ha!'
'Ikan di laut masih banyak,' bales gue. 'Tapi apa ada lagi kayak ikan yang ini?'
Suasana mendadak galau.Intinya, di buku ini ada bab 'Jomblonology' yang ditujukan buat para jomblo dimanapun Anda galau. Di bab ini akan dijelaskan macam-macam jomblo serta cara mencari pacar.
Buku ini juga perlahan mengajak kita bangkit dari kesedihan, galau, sakit hati. Kita harus bisa pindah, seperti ikan salmon. Dengan demikian, kita belajar untuk menjadi Manusia Setengah Salmon.
Sekian proses pembedahan dan kebersamaan kita dalam membedah Manusia Setengah Salmon (MSS). Gue telat banget buat review ini, abisnya gue belum ada waktu untuk menulis review ini sampai selesai.. Ya, inilah akhirnya selesai juga..
Salaam dan cium dari Peri Mawar Putih...
Mumumuaacchhh :*
No comments:
Post a Comment